Dr Fahmi Sampaikan Kuliah Umum di IAIN Ambon

Dr Fahmi Sampaikan Kuliah Umum di IAIN Ambon Kuliah UmumDOKTOR muda lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Fahmi Sallatalohy, menyampaikan kuliah umum perdana di hadapan ratusan civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Senin, 27 September.

Kuliah umum yang disampaikan oleh Guru Besar IAIN Ambon ini, mengangkat tema “Urgensi Efistemologi, Menepis Logika Post Modern”. Doktor muda di bidang Filsafat ini menegaskan, fenomena pembangunan kampus IAIN Ambon yang kini mengalami perubahan drastis, baik segi pembangunan sarana dan prasana maupun pengembangan sumber daya manusia (SDM), harus mendapat dukungan penuh dari seluruh civitas. Karena tanpa adanya kerjasama yang baik, maka semua cita-cita yang sudah berjalan atas usaha Rektor IAIN Ambon Prof DR H Dedi Djubaedi, M.Ag, akan sia-sia.

Dirinya lalu membedakan tema yang disampaikan dalam kuliah umum ini. Kata Fahmi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya “episteme” dan “logos”, episteme artinya pengetahuan (knowledge) “logos” artinya teori. Dengan demikian, epistemologi secara etimologis berarti teori pengetahuan.  Ilmu ini kata dia, merupakan salah satu cabang dalam bidang filsafat yang membahas tentang pengetahuan manusia yang meliputi sumber-sumber, watak, dan kebenaran pengetahuan. Persoalan epitemologi meliputi; dari manakah sumber pengetahuan itu?, dari manakah pengetahuan yang benar itu datang?, bagaimana kita dapat mengetahuinya? Secara komplit jelas dia, persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemologi berkisar pada masalah asal usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran universal, kemungkinan skeptisisme universal dan bentuk-betuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia.

Peserta Kuliah UmumFahmi yang sudah dikenal lewat tulisan-tulisannya tentang budaya di daerah ini menegaskan, soal posmodernisasi adalah nama gerakan di kebudayaan kapitalis. Secara khusus dalam seni. Istilah ini, muncul pertama kali `di kalangan seniman dan kritikus di New York pada tahun 1960 dan diambil alih oleh para teoritikus Eropa pada tahun 1970-an. Salah satu dari teoritikus tersebut jelas Fahmi, adalah Jeans Francois Fyotard. Fahmi menegaskan, Jeans banyak menyerang mitos zaman modern lewat bukunya The Postmodern Condition, termasuk yang pembebasan progresif humanitas melalui ilmu dan gagasan bahwa filsafat dapat memulihkan kesatuan untuk proses memahami dan mengembangkan pengetahuan yang universal, valid, untuk seluruh umat manusia. Teori ini beber pria berdarah Siri-Sori Islam tersebut, menjadi identik dengan kritik terhadap pengetahuan universal dan fondasionalisme. Dalam kejelasannya kata Fahmi,  Lyotord percaya bahwa kita tidak dapat lagi bicara tentang gagasan penalaran yang mentotalisasi karena penalaran itu tidak ada, yang ada adalah pelbagai macam penalaran.

Fahmi juga banya mengupas soal kondisi perkembang ilmu filasat modern. Menurut Fahmi, perkembangan sains dan teknologi menyertakan perubahan yang luar biasa, kondisi ini juga terjadi pada semua teori tentang ilmu pengetahuan, dengan sendirinya setiap teori pengetahuan yang diciptakan menyebabkan orang yang menggagas teori tersebut berlomba-lomba mengakui kebenaran dan validitas teorinya masing-masing, ujar Fahmi panjang lebar. (***)
sumber : http://iainambon.ac.id

Tinggalkan komentar